Sabtu, 02 Maret 2024

Pesona Kefamenanu


Durasi kehidupan malam terasa lebih lama. Rumah makan tersebar di beberapa tempat. Pilihan menu pun bervariasi. Satu hal yang membuat girang, ada menu kuah ikan asam dan ikan bakar. Makanan kesayangan saya.

Di warung pinggir jalan kita berhak pilih sendiri jenis ikan, umumnya  masih segar dalam kotak khusus berisi es batu. Baru sekali mati, kata empunya rumah makan melukiskan kondisi ikan.

Sungguh malam itu beta melihat wajah Kefamenanu yang sudah jauh berubah. Ya, setelah lima tahun beta kembali ke ibu kota Kabupaten Timor Tengah Utara tersebut di penghujung Februari 2024.

Saya ke sana bersama dua rekan dari Harian Pos Kupang, Paul Kopong Burin dan Kristanto Bisilisin. Kami ke sana untuk silaturahmi dengan mitra kerja di Kefa.

Pemilu yang Pilu


Oleh Dion DB Putra

PEMILU 2024 adalah pemilu yang pilu bagi seluruh rumpun keluarga Marselina Hoar. Marselina adalah Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di  TPS 07 Desa Bakiruk, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Marselina Hoar meninggal dunia setelah menjalankan tugas bersama rekan-rekannya KPPS TPS O7 Desa Bakiruk.

"Kami keluarga besar KPU Kabupaten Malaka turut berduka cita yang mendalam atas meninggalnya Ketua KPPS TPS 07 Desa Bakiruk," kata Ketua KPU Kabupaten Malaka, Yuventus Adrianus Bere, Jumat 16 Februari 2024.

Minggu, 04 Februari 2024

Mengenang Basuki Subianto

Basuki Subianto

Reformasi di ini negeri pada 1998 membawa konsekuensi luas termasuk di bidang pers dan media massa.

Media yang agak sesak napas kebebasan pada masa otoriter Orba, sontak menikmati kemerdekaan.

Institusi pers pun tumbuh subur bak jamur di musim hujan. Persaingan lebih keras dibandingkan masa sebelumnya.

Kami di Harian Pos Kupang pada masa itu merasakan efeknya. 

Pos Kupang yang sejak 1 Desember 1992 merupakan satu-satunya koran harian di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), mendapat pesaing kuat dengan konsep dan semangat baru pula.

Rabu, 31 Januari 2024

Bukan Peti Mati Terakhir



Beta mau berkata lugas saja bahwa perbudakan modern di kampung halaman kita, Flobamora, belum usai bahkan semakin menjadi-jadi.

Di penghujung tahun 2023, Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali menerima kiriman peti jenazah Pekerja Migran Indonesia (PMI) dari negeri seberang.

Malah tiga sekaligus di bulan Desember saat sebagian besar masyarakat di bumi tenggara NKRI ini merayakan Natal.

Mengutip laporan Pos Kupang, ketiga PMI yang meninggal di luar negeri pada Desember 2023 adalah Yohanes Baptista Baga asal Desa Beru Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka.

Sabtu, 27 Januari 2024

Kisah Manis di Hari Kamis

Catatan Sepak Bola Dion DB Putra

Shin Tae-yong

Kisah manis terlahir di hari Kamis, 25 Januari 2024. Sekelompok anak muda sontak riuh berjingkrak ria. 

Mereka berangkulan hangat di ruangan mungil hotel berbintang, di depan layar televisi yang baru saja dimatikan. Wajah sang arsitek Shin Tae-yong pun bersemu merah. Garuda bisa, yes!  

Kegembiraan para pemain Timnas Indonesia pecah setelah wasit Ahmad Alali yang memimpin laga Oman vs Kirgistan meniup peluit panjang di Stadion Abdullah bin Khalifa Qatar. 

Duel pamungkas Grup F berujung imbang 1-1 memastikan skuat Garuda menjadi tim ke-16 atau terakhir lolos ke fase knock out.

Selasa, 23 Januari 2024

Ignas Kleden: dari ”Ars Inveniendi” ke ”Ars Tradendi”

Ignas Kleden

Oleh Charles Beraf

Sosiolog; Direktur Detukeli Research Centre, Ende, Flores

Di kalangan ilmuwan sosial Indonesia, Ignas Kleden yang lahir di Waibalun, Flores Timur pada 19 Mei 1948, tercatat sebagai cendekiawan yang amat disegani. 

Hal itu terutama karena daya upaya kritisnya untuk melihat persoalan kebangsaan dengan sisi tilik yang tak umum dan tak disangka kebanyakan orang.

Ditempa dengan tradisi filsafat yang kuat sejak di Seminari Agung Ledalero, Flores, hingga ketika menerabas masuk ke dalam dunia ilmu sosial ketika mengenyam pendidikan di Jerman, Ignas akhirnya membuktikan ketangguhannya sebagai ilmuwan sosial.

Ignas Kleden, Postcript Sebuah Kesungguhan Intelektual

 Oleh Hamid Basyaib

Ignas Kleden

SANGAT sedikit intelektual Indonesia seperti Ignas Kleden. Ia tak pernah mau berkompromi dalam soal kualitas ide dan kesungguhan dalam menghadapi masalah. Mungkin ini sebabnya ia tak pernah tampil di acara talk show televisi — sebuah medium komunikasi yang tekun memerosotkan mutu percakapan intelektual, selain mengumbar kedangkalan kultural tanpa putus melalui acara-acara hiburan yang keburukannya sulit dipercaya. 

Ia meminati percakapan intelektual sejak masih belia, sejak ia, dari kampungnya di Waibalun, Nusa Tenggara Timur, memandangi orang-orang pintar Jakarta menyajikan ide-ide mereka atau berpolemik di media massa. 

Ia menikmati semua itu dari perpustakaan yang baik di seminari Larantuka, yang selalu menerima kiriman edisi terbaru majalah apapun. Ia menawarkan diri untuk bekerja di sana, supaya bisa menikmati bahan bacaan yang melimpah.

Pesona Kefamenanu

Durasi kehidupan malam terasa lebih lama. Rumah makan tersebar di beberapa tempat. Pilihan menu pun bervariasi. Satu hal yang membuat girang...