
Oleh Yosep SudarsoMENYEBUT le kebote, pikiranku langsung terbawa ke sosok Ema Bewa yang dengan busur di tangan, ia terus berlari-lari menghindari lemparan anak-anak yang mengejarnya. Dengan cara apa pun, perempuan dengan tinggi semampai itu berjuang agar tak satu pun lemparan mengenai dirinya. Bukan karena ia takut terluka atau benjol, tetapi karena pemali apabila sampai terkena lemparan.Maklumlah, ketika dikejar dan dilempar anak-anak, Ema Bewa sebetulnya mewakili perjuangan hidup seorang bayi lelaki yang ari-arinya baru ia gantungkan di sebuah pohon di lewo oking (kampung lama/kampung induk). Walaupun mengakui bahwa nafas kehidupan tergantung...