Tampilkan postingan dengan label Jakob Oetama. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jakob Oetama. Tampilkan semua postingan

Jurnalisme Fakta dan Jurnalisme Makna

 Oleh: Jakob OetamaPidato Penerimaan Penganugerahan Gelar Doktor Honoris Causa dalam Bidang Komunikasi dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 17 April 2003DALAM dunia media masa, dua hal berlangsung hampir serentak di Indonesia. Datangnya kebebasan pers hasil reformasi pro demokrasi serta berlangsung revolusi teknologi informasi yang menghasilkan ICT (Information and Communication Technology).Ada gejala yang perlu diteliti, dan cukup menarik perhatian. Yakni bahwa kehadiran media informasi dan komunikasi serba teknologi itu, pada gilirannya bukan mematikan informasi dan komunikasi tatap muka dan lewat forum tradisional lainnya, akan tetapi...

Makan Are Gau Bersama Jakob Oetama

Sarapan bersama Jakob Oetama “Dion, tugasmu menulis kunjungan Pak Jakob Oetama ke Flores. Kau harus sudah berada di Maumere paling lambat sehari sebelum kedatangan beliau bersama sahabatnya Pak Frans Seda.”Om Damyan Godho, Pemimpin Umum Harian Pagi Pos Kupang, memberitahu saya pagi itu setelah kami menikmati kopi hangat di ruang kerjanya, hari Selasa 25 Oktober 2005.Rabu siang 26 Oktober 2005 saya menjejakkan kaki di kota nyiur melambai Maumere manise.Langsung bergegas mengoleksi data tambahan tentang Flores, Kabupaten Sikka, STFK Ledalero, Nilo, Lekebai dan lain-lain.“Pak Jakob akan menanyakan hal-hal seperti itu. Dion jangan sampai gagap...

Kenangan di Lekebai

Di Lekebai, Sikka Flores 27 Oktober 2005 Waiara, 27 Oktober 2005. Jarum jam menunjuk pukul 12.20 Wita. Di kejauhan sana, puncak Gunung Egon berselimut kabut tipis. Egon sedang ramah. Kota Maumere tampak membentang berhiaskan nyiur melambai.Persis di depan mata, Pulau Besar, Pemana dan Pulau Babi anggun berdiri. Laut utara Flores tenang membiru. Udara bersih. Semilir angin Waiara Beach menyapu lembut wajah kami. Tapi tak ada keheningan.Gelak tawa dan canda membahana sepanjang acara makan siang. Sungguh jauh dari suasana formal. Benar-benar bersahaja, apa adanya.Mereka yang menyantap menu makan siang di restoran Flores Sao Resort hari...

Mengembangkan Indonesia Kecil

Oleh Jakob OetamaPendiri Kompas GramediaKETIKA Majalah Intisari terbit pertama kali, 17 Agustus 1963, tidak terbayangkan itulah awal hadirnya kelompok usaha Kompas Gramedia. Lima puluh tahun kemudian, masuk akal jika Kompas Gramedia telah bersosok, atau mengutip ungkapan Prof de Volder sebagai "lembaga yang organik sekaligus yang organis."Serupa lembaga surat kabar, Kompas Gramedia (KG) dengan bisnis inti industri informasi, atau pabrik tulisan atau kata-kata-Gramedia: grafika media-terdiri atas berbagai bagian yang beragam. Bagian-bagian itu bekerja sama dan berinteraksi melaksanakan fungsi masing-masing. Fungsi-fungsi yang beragam itu secara...

Terima Ancaman Soeharto di Hari Pers

Bintang Mahaputra Utama disematkan Presiden  Soeharto  tahun 1973 | Kompas.com JAKOB Oetama, pendiri Kompas Gramedia (KG), merayakan ulang tahun ke-80 pada 27 September 2011. Selain syukuran di Bentara Budaya Jakarta, peringatan ulang tahun Chairman KG tersebut juga ditandai peluncuran buku berjudul Syukur Tiada Akhir, Jejak Langkah Jakob Oetama, disusun ST Sularto, wartawan senior Kompas. Berikut petikan buku setebal 659 halaman itu. MALAM menjelang 5 Februari 1978, Jakob Oetama dan Petrus Kanisius (PK) Ojong tengah berdiskusi membahas tawaran pemerintah Soeharto. Tawaran itu terkait pelarangan terbit Harian Kompas, bersama 12 koran...

Manusia dan Kemanusiaan Ala Jakob Oetama

Buku Syukur Tiada Akhir Jakob Oetama {Tribunnews.Com} DALAM berbagai kesempatan Jakob Oetama menyampaikan prinsip-prinsip utama gaya bermedia Kompas. Intinya adalah manusia dan kemanusiaan, cobaan dan permasalahannya, aspirasi dan hasratnya, keagungan dan kekerdilannya. "Manusia dan kemanusiaan senantiasa diusahakan menjadi nafas pemberitaan dan komentar." Konsep Indonesia mini yang secara eksplisit digagas terutama untuk Kompas, dikembangkan bagi unit-unit usaha lainnya dalam Kompas Gramedia. Dalam perjalanannya, Kompas tetap eksis meski mengalami berbagai terpaan, pembatasan, dan kendala, termasuk pemberedelan 21 Januari-5 Februari 1978. Di...

Bimbang Jadi Guru atau Wartawan

Jakob Oetama (kanan) di ruang redaksi Kompas tempo doeloe. Mesin ketik senjata utama {kompas.com} TAK pernah terlintas sebelumnya Jakob Oetama bakal menjadi wartawan dan mengelola media massa yang kemudian menjadi terkemuka. Bermula dari keputusan untuk keluar dari seminari (sekolah calon pastor) tinggi di Kota Baru, Yogyakarta, yang baru tiga bulan dijalani. "Saya tidak tahu sebabnya. Sudah lupa. Keluar begitu saja," ujar founding father Kompas Gramedia tersebut. Yang dilakukan selanjutnya yaitu mencari kerja. Jadi apa? "Jadi guru, cita-cita yang pernah muncul bersamaan dengan cita-cita menjadi pastor," katanya. Keinginan itu kemungkinan...

Jakob Oetama Tak Mau Koran Jadi Corong Partai

Jakob Oetama di Bentara Budaya Jakarta, Selasa (27/9/2011). KONDISI politik di era 1965 ikut melatabelakangi lahirnya Harian Kompas yang dikomandani duet Jakob Oetama dan Petrus Kanisius (PK) Ojong. Saat itu koran-koran nonkomunis bertumbangan akibat diberedel pemerintah. Suatu hari di bulan April 1965, Menteri/Panglima TNI AD, Letjen Ahmad Yani menelepon koleganya di kabinet, Menteri Perkebunan Frans Seda. Yani minta agar Frans Seda, saat itu menjadi Ketua Partai Katolik, mendirikan koran . Jenderal bintang tiga yang kemudian menjadi Pahlawan Revolusi tersebut beralasan, hampir semua partai politik memiliki media massa sebagai corong partai....
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes